Ponten.
Hal apa yang pertama kali terlintas
di benak Anda ketika mendengar kata ini? Sebagian orang mungkin merasa asing
dengan kata ponten. Ponten adalah sebutan lain untuk toilet atau WC. Kata
ponten itu berkembang dari bahasa daerah Jawa dan masih digunakan oleh sebagian
kalangan masyarakat.
Dalam benak kita, pasti membayangkan ponten atau toilet itu merupakan sebuah ruangan yang dilengkapi kloset, persediaan air, aman, dan higenis dan sebagaimana kita ketahui berfungsi sebagai tempat untuk membuang hajat, tempat mencuci tangan dan muka. Namun, dalam pembahasan berikut ini, ponten yang dimaksud tidak hanya terbatas pada pengertian di atas, tetapi lebih mengarah kepada budaya ponten itu sendiri.
Dalam benak kita, pasti membayangkan ponten atau toilet itu merupakan sebuah ruangan yang dilengkapi kloset, persediaan air, aman, dan higenis dan sebagaimana kita ketahui berfungsi sebagai tempat untuk membuang hajat, tempat mencuci tangan dan muka. Namun, dalam pembahasan berikut ini, ponten yang dimaksud tidak hanya terbatas pada pengertian di atas, tetapi lebih mengarah kepada budaya ponten itu sendiri.
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Lantas kita berpikir budaya apakah yang dapat berkembang dari ponten.
Seorang
wanita muda masuk ke dalam ponten, menghampiri cermin yang ada dan mulai
memperhatikan dirinya. Wanita itu merogoh sisir kecil dari dalam tas dan menata
ulang rambutnya. Setelah sekian kali mencermati bayangannya di cermin, wanita
itu mengeluarkan gadgetnya dan mengambil beberapa gambar dirinya dengan
berbagai gaya.
Kasus seperti ini mungkin pernah
kita alami, atau bahkan kita pernah melakukannya. Kebiasaan-kebiasaan ini terus
berkembang dan menciptakan budaya. Budaya yang muncul melalui contoh di atas
adalah budaya narsis. Budaya ini juga semakin berkembang sejak teknologi informasi dan komunikasi tumbuh
pesat di era global saat ini. Contoh kasus lainnya adalah kebiasaan ngerumpi di dalam toilet yang biasa
dilakukan oleh anak sekolahan untuk menghilangkan kejenuhan di kelas.
Namun apakah kasus seperti itu
terjadi di ponten yang terletak di terminal bus, atau stasiun kereta? Mungkin
saja ada, tapi tidak sesering yang dapat kita lihat di mall. Ponten yang
terletak di terminal bus tentunya tidak sebagus yang ada di mall-mall.
Keadaannya biasa-biasa saja, tidak ada desain interior yang khusus. Mengapa?
Tentu saja ponten di terminal bus dirancang sesuai dengan fungsinya. Contohnya
pada terminal Bungurasih dan terminal Joyoboyo, Surabaya. Terminal ini selalu
ramai dengan orang-orang yang hendak berpergian ke luar kota. Ponten menjadi
kebutuhan yang mungkin pertama kali dicari oleh para penumpang. Kebanyakan dari
mereka sedang terburu-buru sehingga ponten tidak digunakan sebagai tempat untuk
ngerumpi apalagi narsis. Hal lain
yang dapat mempengaruhi hal ini adalah kesenjangan sosial atau terjadinya
perbedaan kualitas hidup. Pengguna terminal bus sebagian besar adalah
masyarakat menengah kebawah sehingga ponten yang disediakan disesuaikan dengan
kebiasaan hidup mereka.
No comments:
Post a Comment